Salatiga — Kepala Kantor Kementerian (Kakankemenag) Kota Salatiga H. Taufiqur Rahman membagikan pengalalaman bagaimana cara Kemenag mengelola merawat toleransi di Kota Salatiga. Demikian disampaikannya pada acara penerimaan studi banding virtual Pemkot dan FKUB Pontianak, di rumah Dinas Walikota Salatiga, Kamis,(9/9).
Pada kegiatan yang dilakukan dengan cara hybrid dengan menggabungkan teknis daring dan luring ini, Kepala Kemenag Kota Salatiga, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Ketua Forum Persaudaraan Bangsa Indonesia (FPBI) membagikan pengalaman kerja yang sudah dilakukan dan berkontribusi untuk membangun kota Salatiga yang lebih toleran.
Taufiq menyadari keberagaman masyarakat Salatiga dan masih kentalnya unsur kultural. “Kota Salatiga ditakdirkan oleh Tuhan sebagai Kota yang multiklutural dan kota kecil yang beragam. Ciri Horizontal adalah adanya keberagaman suku, agama, dan tradisi, sedangkan ciri veritkal adalah adanya perbedaan ekonomi dan pandangan politik, sehingga memberikan ciri khusus di Kota Salatiga.”
Ditambahkan oleh Taufiq Kota Salatiga memiliki rumah moderasi, yaitu rumah bersama yang menjadi tempat berkumpul dan penyelesaian jika terjadi sebuah konflik antaragama. Kebijakan Kementrian Agama menguatkan peran agama dalam menciptakan perdamaian. Pada umumnya, Kota Salatiga yang masih kental dengan unsur kebudayaan disebut memerlukan peran agama dalam memberikan keseimbangan namun tidak bertubrukan dengan nilai-nilai budaya.
Tak hanya bicara perdamaian, di Salatiga, agama juga diupayakan dalam peningkatan ekonomi dan melaksanakan penyuluhan agama dengan konteks budaya lokal. “Sebelum melakukan penyuluhan, biasanya penyuluh harus mengenali kulutur budaya lokal, dan setelah itu baru memberikan penyuluhan sesuai dengan kebudayaan popular di suatu tempat, seperti penggunaan pakaian ataupun yang lainnya,” tambah Taufiq.
H. Noor Rofiq Ketua FKUB Kota Salatiga mengatakan setiap tahunnya FKUB Salatiga belajar dan berkunjung ke setiap ke kota-kota yang toleran. Hal ini menyebabkan Salatiga mendapatkan predikat kota toleran versi Setara Institut setiap tahunnya. Juga penghargaan kepada Kota Salatiga sebagai kota dengan Kurikulum Belajar Kebhinnekaan terbaik pada tahun 2017 yang diberikan oleh Kementrian Pendidikan Nasional.
“FKUB Salatiga punya program untuk menciptakan kerukunan dimulai dari kecamatan, aktif dalam kegiatan di ruang lingkup provinsi Jawa Tengah dan ikut serta dalam kegiatan akhir tahun untuk kegiatan-kegiatan lintas iman. FKUB juga aktif melakukan sosialisasi kebhinnekaan dan lintas iman di masyarakat, bahkan kegiatan upacara bhakti sosial, kesehatan, dan tampil bersama-sama Forum Persatuan Bangsa Indonesia,” tambah Noor Rofiq. Dalam perjalanannya, kerja FKUB sepenuhnya mendapatkan dukungan dari Walikota.
Sebelumnya Edi Kamtono Walikota Pontianak yang disampaikan oleh Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra, Yaya Maulidia, S.H., M.H.dalam pidatonya mengatakan Perbedaan kultural adalah hal yang lumrah dan konsekuensi dari masyarakat yang beragam seperti kota Pontianak. Perbedaan tersebut harus dikelola dengan cara-cara yang tepat atas Kerjasama pemerintah dan masyarakat kota Pontianak.
Sri Wartati, ketua pengurus harian Suar Asa Khatulistiwa yang menginisiasi kegiatan ini bersama Jaringan Pontianak Bhineka mengatakan harapannya agar kota Pontianak bisa mengikuti jejak kota Salatiga, memperkuat institusi pemerintah kota Pontianak membuat kebijakan dan praktek yang mempromosikan keberagaman dan kebhinekaan, sesuai dengan tujuan diadakannya kegiatan ini.(Humas/Khusnul)