Salatiga. Ribuan jamaah tumplek blek riuh rendah namun penuh khidmat menghadiri kegiatan Sinau Bareng Cak Nun di Halaman Pondok Pesantren Al Falah Grogol, Kel. Dukuh, Kec. Sidomukti. Kegiatan ini di adakan dalam rangka memperingati 1 tahun wafatnya (haul) al maghfurlah Simbah KH. Zoemri, RWS yang tak lain adalah pendiri sekaligus pengasuh pondok pesantren tersebut(21/9/2016).
Hadir dalam acara tersebut mantan wali kota dan wakil wali kota Salatiga, Yulianto dan Muh. Haris, para pejabat forkompida kota Salatiga baik dari kalangan sipil maupun militer dan kepolisisan, para kyai dan tokoh masyarakat dan kepala Kantor Kementerian Agama Kota Salatiga yang diwakili oleh Kasi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam, Nurcholis, serta para tamu lainnya baik dari wilayah Kota Salatiga maupun luar kota Salatiga.
Acara diawali dengan pembacaan dzikir tahlil dan Doa yang dipimpin oleh KH. Tadzkir Mansur dari Kab. Semarang. Diteruskan dengan sambutan iftitah oleh Nyai Latifah Zoemri RWS, istri almaghfurlah KH. Zoemri RWS, pengasuh pondok pesantren Alfalah yang diwakili oleh KH. Nadjib Tafrihan.
Selanjutnya acara inti sinau bareng Cak Nun di buka dengan bacaan sholawatan oleh Cak Nun yang diiringi dengan group Kyai Kanjengnya dan diselingi dengan panjatan doa untuk almarhum KH. Zoemri. Beberapa senandung sholawat dan lagu kara Kyai Kanjeng ditampilkan untuk semakin menambah semaraknya acara malam haul tersebut.
Dalam sambutannya, KH. Nadjib Tafrihan selaku wakil pengasuh/ shohibul hajat, menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh masyarakat dan jamaah yang telah berkenan hadir dalam acara haul tersebut sebagai tanda cinta dan perhatiannya kepada Pondok Pesantren AlFalah. Ungkapan terima kasih juga disampaikan khusus untuk Cak Nun yang berkenan dan menyempatkan waktunya untuk berdialog dan sinau bareng dengan jamaah dalam rangka haul.
Sementara Caknun, panggilan akrab Emha Ainun Najib, dalam uraiannya banyak menyinggung masalah Islam yang inklusif, senantiasa menjaga dan menjunjung tinggi toleransi, keberagaman dan kebersamaan. Dalam acara tersebut juga dibuka kesempatan bagi para jamaah untuk megajukan pertanyaan atau uneg-unegnya. Misalnya salah satu jamaah yang menanyakan sejarah munculnya budaya Jawa yang dikenal dengan nama kendurenan. Pertanyaan tersebut dijawab dengan gamblang oleh Cak Nun bahwa kendurenan adalah hasil budaya yang dimanfaatkan oleh para wali songo untuk mengenalkan ajaran Islam, sehingga Islam bisa diterima secara damai. Kecuali kendurenan adalah hasil kebudayaan yang bagus dan baik bagi kita semua. Tidak ada yang bisa disalahkan dengan kendurenan karena kendurenan banyak mengandung kebaikan bersama.
Kegiatan tersebut ditutup dengan lantunan sholawat bersama Cak Nun dan Kyai Kanjeng kemudian diakhiri dengan lantunan doa bersama. (Nurcholis/monic)