Salatiga — Akselerasi revolusi industri 4.0 merambah ke seluruh aspek kehidupan masyarakat. Tak terkecuali dalam bidang pendidikan. Momentum terjadinya pencepatan era digitalisasi mengalir deras bersamaan dengan merebaknya virus covid 19 yang menerjang seantero dunia.
Dalam dunia pendidikan, sebagai akibat revolusi indutri 4.0 dan pandemi virus 19, memicu terjadinya perubahan pola pembelajaran di sekolah. Dari pembelajaran tatap muka menuju pembelajaran daring (dalam jaringan/internet). Kondisi tersebut memaksa guru, termasuk guru pendidikan Agama Islam agar menguasai IT (Information Tekhnologi).
Hal tersebut menjadi topik pembahasan dalam pertemuan rutin yang diadakan Musyawarah Guru Mata Palajaran (MGMP) Pendidikan Agama Islam SMK Kota Salatiga di Aula SMK Pelita Salatiga, Selasa ini (23/11/2021). Hadir Drs. H. Wahid Hasim, M.Pd.I, Pengawas PAI, memberikan pencerahan dan pembinaan kepada seluruh guru pendidikan Agama Islam SMK Kota Salatiga.
”Di era revolusi industri 4.0 dan pandemi covid 19 ini, Guru PAI harus tetap meningkatkan kinerjanya. Tidak boleh demam digital atau gagap tekhnologi. Karena pada era digitalisasi ini, guru agama Islam harus menampilkan pembelajaran yang lebih inovatif. Sehingga dapat menarik siswa untuk belajar,” ujar Wahid Hasim bersemangat saat memberikan pembinaan dihadapan seluruh GPAI SMK se-Kota Salatiga.
Revolusi industri 4.0, kata Wahid Hasim, merupakan keniscayaan yang tak dapat dihindari. Dampaknya sangat besar terhadap kehidupan manusia yang memicu terjadinya derupsi dan memunculkan kondisi gonjang-ganjing, kecepatan serta kehidupan serba instan.
Disisi lain, jelas Wahid Hasim, di era revolusi indusri 4.0 ini, terjadi perubahan yang sangat besar di bidang ilmu pengetahuan manusia. Pertama, terjadinya demokratisasi pengetahuan akibat terbuka dan luasnya akses informasi. Kedua, tidak ada monopoli sumber pengetahuan dan ketiga, kepakaran sudah mati atau terjadi pergeseran (citzen expert).
Selain itu, kata Wahid Hasim, dalam rangka menghadapi era revolusi industri 4.0 dan society 5.0, guru pendidikan Agama Islam tidak boleh ketinggalan zaman. Pada era revolusi industri 4.0, guru pendidikan Agama Islam harus menguasai literasi baru. Yakni menguasai literasi data, kemampuan untuk membaca analisis, menggunakan informasi, menguasai literasi tekhnologi, memahami cara kerja mesin atau aplikasi tekhnologi dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Selain itu , memasuki era society 5.0, yang merupakan penyempurnaan dari konsep-konsep yang ada sebelumnya, diharapkan manusia yang mampu menciptakan tekhnologi dapat meminimalisir adanya kesenjangan pada manusia dan masalah ekonomi di kemudian.
Yang tak kalah pentingnya, pesan Wahid Hasim, GPAI harus menjadi jembatan penghubung tokoh agama, organisasi masyarakat, umat dengan pemerintah. Teladan dan pelopor moderasi beragama yang memiliki komitmen kebangsaan yang kuat (NKRI harga mati), anti kekerasan, toleransi dan menghargai budaya lokal (kearifan lokal).
Pada kesempatan tersebut, Drs. Untoro, M.Pd, selaku ketua MGMP PAI SMK Kota Salatiga menyampaikan sosialisasi tentang pelaksanaan Kemah Rohis yang akan diselenggarakan secara virtual sejak 21- 23 Desember 2021. Setiap kabupaten/kota harus mengirimkan perwakilan dari siswa Rohis (anggota Seksi Kerohanian Islam) tingkat 10 atau 11. SMA mendapatkan jatah 12 siswa dan SMK juga mendapatkan jatah 12 siswa atau lebih.
Setiap peserta Kemah Rohis dimintai iuran gotong royong sebesar Rp. 100.000,-. Dana tersebut akan digunakan untuk membeli perlengkapan peserta berupa kaos dan sertifikat. Teknis pembayaran disetorkan ke bendahara MGMP PAI SMK/SMA Kota Salatiga paling lambat Tanggal 1 Desember 2021. Pihak sekolah akan diberikan surat edaran tentang kegiatan tersebut melalui MGMP PAI SMK/SMA Kota Salatiga.
” Karena perwakilan MGMP PAI SMA Kota Salatiga pada pertemuan ini, tidak ada yang hadir, kami akan segera komunikasikan ke Pak Jaka Rebawa atau ke Pak Sukron,” ujar Untoro menengaskan.(Dulhadi)