Safari perdana kegiatan Pembinaan Tilawatil Quran yang berlangsung pada hari Selasa, 17 Pebruari 2015 bertempat di Masjid Al Firdaus Kota Salatiga diselenggarakan atas kerjasama Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran ( LPTQ ) Provinsi Jawa Tengah dengan Seksi Bimas Islam Kantor Kementerian Agama Kota Salatiga resmi dibuka oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah Drs.H. Ahmadi, M.Ag.
Kegiatan tersebut diikuti oleh 60 peserta yang terdiri dari para Qori’ dan Qoriah, hafidz/hafidzah juga para pembina tilawatil quran yang ada di Kota Salatiga. Sebagai nara sumber hadir Ustadz H. Zaenuri, Ustad H. Ruchani, Ustad H. Ulil Absor, dan Ustadz H. Nur Faqih.
Salatiga mendapatkan sampur yang pertama kali untuk penyelenggaraan kegiatan Pembinaan Tilawatil Quran yang direncanakan di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah dan pelaksanaannya pun lebih awal dari tahun-tahun sebelumnya. Demikian sambutan yang disampaikan oleh Drs. H. Ahmadi, M.Ag.
Beliau juga menyampaikan apresiasi kepada peserta serta harapannya bahwa pembinaan ini tidak hanya berhenti sampai saat ini saja namun diharapkan berkesinambungan hingga tiba pelaksanaan Musabaqoh Tilawatil Quran di event-event nasional.
Dalam kesempatan tersebut juga hadir Kepala Bidang Penais Zawa Drs. H Moh Ahyani, M.Si. yang dalam sambutannya menyebutkan LPTQ perlu bersinergi dan menjalin kerjasama dengan instansi terkait untuk memberikan motivasi, stimulasi dan pembinaan potensi-potensi sumber daya qori/qoriah, hafidz/ hafidzoh yang ada di Salatiga sehingga apa yang diharapkan melalui program-programnya akan memberikan hasil.
Dan yang tak kalah pentingnya adalah syiar Islam melalui tilawatil quran di Kota Salatiga dapat terlihat dan berkembang setidaknya dalam 2 atau tiga tahun mendatang.
Dukungan serupa juga disampaikan oleh Kepala Kantor Kementrian Agama Kota Salatiga H. Wuryadi, M.Pd.I. terkait dengan pembinaan tilawatil quran di Kota Salatiga. Meski Salatiga termasuk kota kecil yang hanya terdiri dari 4 kecamatan, namun setidaknya kota ini pernah mengantongi kejuaraan di tingkat provinsi bahkan ada beberapa putra daerahnya yang maju sampai event nasional.
Tidak dapat dipungkiri bahwa Salatiga butuh pembinaan yang berkelanjutan sehingga muncul bibit-bibit baru para qori/qoriah, hafidz/hafidzoh yang berkualitas tidak hanya dalam jenjang perlombaan saja namun bisa memberikan fungsi dan peran yang penting untuk turut menumbuhkembangkan pendidikan Al Quran di tengah masyarakat.
Secara kelembagaan, LPTQ perlu melakukan pembenahan dan perbaikan yang orientasinya tidak semata-mata untuk kepentingan keikutsertaan dalam MTQ atau STQ, tapi dalam rangka peningkatan pendidikan Al Qur'an secara keseluruhan. (mu)