Salatiga. Tidak kurang 300 an peserta tidak beranjak dari tempat duduk mengikuti acara dialog publik bertajuk ‘Meneguhkan Pesantren sebagai Pilar Pendidik Karakter Bangsa” yang digelar oleh Pondok Pesantren Al Falah Grogol Sidomukti Salatiga. Acara ini diselenggarakan dalam rangka memperingati haul 1 tahun meninggalnya pendiri sekaligus pengasuh pondok pesantren tersebut ( 16/9/2016).
Sebagai pembicara kunci atau keynot speacher adalah KH. Masdar Farid Masudi ketua Roisy PBNU, Rosarita Niken Widiyastuti (Dirjen IKP Kemkominfo), budayawan Sujiwo Tejo dan Tuti N. Rusdiono, salah satu anggota DPR Komisi I yang berasal dari daaerah pemilihan Jawa Tengah.
Tampak hadir pula dalam kegiatan tersebut di antaranya para pejabat di lingkungan Kemenkoinfo RI, para pejabat forkompida, para pengasuh pondok pesantren wilayah kota Salatiga dan sekitarnya, para maha siswa IAIN serta Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Salatiga yang diwakili oleh Kasi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam, Nurcholis.
Kegiatan ini dibuka dengan pidato sambutan pengasuh Pondok Pesantren Alfalah, Nyai Latifah Zoemri RWS. Dalam sambutannya Latifah menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada segenap hadirin dan khususnya keada para pembicara atau pemateri. Karena kehadiran mereka memberikan motivasi kepada pengasuh pondok Alfalah untuk semakin bersemangat mengelola dan melanjutkan perjuangan al maghfurlah KH. Zoemri RWS.
Sementera KH. Masdar Farid Masudi menjelaskan seputar pentingnya semangat kebersamaan dalam suasana plural bangsa yang terdiri dari berbagai agama dan keyakinan. Penciptaan manusia yang menganut bermacam-macam agama mengandung hikmah bahwa kita dianjurkan untuk senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan.
Sedangkan Tuti N. Rusdiono dalam materinya banyak menyinggung seputar tema yakni meneguhkan pesantren sebagai Pilar Pendidik Karakter Bangsa. Ia menekankan bahwa pesantren sebagai salah satu pusat pendidikan keagamaan membawa misi penting sebagai mediator dan penyampai pesan-pesan persatuan dan kebersamaan dalam suasana bangsa yang bhineka tunggal ika ini.
Adapun Budayawan Sujiwo Tejo dalam ceramahnya menyampaikan seputar kandungan budaya dalam ayat-ayat Alquran yang dapat mengantarkan kita dalam mewujudkan kebersamaan dan persatuan bangsa. Bahkan ada ayat ayat alquran yang sejatinya memang dapat diterima (dibaca dan dinikmati) secara budaya, khususnya budaya Jawa atau Sunda. (Nurcholis-monic)