Pandemi covid 19 memicu terjadinya akselerasi revolusi industri 4.0 dibidang pendidikan. Karena itu, Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) tidak boleh demam atau gagap tekhnologi digital.
Pendemi covid 19 yang hingga kini belum kunjung reda, tak menyurutkan langkah Muyawarah Guru Mata Palajaran (MGMP) Pendidikan Agama Islam SMK Kota Salatiga menggelar pertemuan rutin pada selasa (23/11/2021). Bertempat di Aula SMK Pelita Salatiga, berbagai persoalan berkenanan dengan tugas guru pendidikan Agama Islam dibahas secara serius dengan penuh kekeluargaan serta tetap menjaga protokol kesehatan.
Hadir dalam pertemuan tersebut , Sumarsono, S.Pd, Kepala SMK Pelita Salatiga, Drs H. Qomarul Azis, M.Pd, Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam dan Keagamaan Kantor Kementerian Agama Kota Salatiga dan Drs.H. Wahid Hasim, M.Pd.I, pengawas PAI , mendapat giliran untuk memberikan pencerahan dan pembinaan kepada seluruh guru pendidikan Agama Islam SMK Kota Salatiga.
Dalam sambutannya, Sumarsono sangat mengapresiasi pertemuan yang diselenggarakan oleh MGMP PAI SMK Kota Salatiga. Melalui pertemuan ini, orang nomor satu di SMK Pelita tersebut berharap terjadi sinergitas antar guru Pendidikan Agama Islam dalam memajukan pendidikan Agama Islam di Kota Salatiga.
“Pendidikan Agama Islam tidak boleh dianggap enteng dan disepelekan. Pada saat sekarang ini banyak orang tua, seolah tidak merasa risau jika anaknya tidak dapat membaca Al Qur’an atau membaca huruf Arab. Namun, jika anaknya tidak bisa pelajaran matematika, mereka dengan susah payah menyuruh anaknya untuk les privat matematika hingga rela merogok kocek jutaan rupiah,” ujar Sumarsono berseloroh.
Sementara itu, Qomarul Azis, menyoroti fenomena terjadinya penurunan minat belajar pendidikan Agama Islam di kalangan anak-anak akibat pandemi covid 19. Hal ini berakibat pada melemahnya nilai-nilai akhlak pada anak-anak.
Pada saat kondisi normal, kata Kepala Seksi Pendidikan Agama Islam Kankemenag Kota Salatiga, siswa kelas 3 sekolah dasar sudah banyak yang khatam mengaji Al Qur’an. Namun di masa pandemi covid-19, anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu luang untuk bermain gadget. Mereka lebih tertarik untuk bermain youtube dan menontonfilm-film Korea daripada belajar mengaji.Bahkan ada yang tidak mau menyantap hidangan makan yang sudah disiapkan oleh orang tuanya dan memilih memesan makanan melalui gofood.
”Tantangan tekhnologi informasi memang harus kita hadapi bersama. Termasuk dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu diperlukan penguasaan IT (Information Technology). Terutama pada orang tua dan guru Pendidikan Agama Islam. Sehingga dapat menarik minat siswa untuk belajar PAI ,” ujar Qomarul Azis menambahkan.
Untuk meningkatkan pelayanan kepada guru-guru Pendidikan Agama Islam terkait dengan peningkatan kesejahteraan, misalnya pembayaran tunjangan profesi guru dan lain-lain, Kantor Kementerian Agama Kota Salatiga sudah menggunakan aplikasi digital. Salah satu contohnya melalui akun Siaga, Emis dan data-data aplikasi kepegawaian lainnya.
Pada kesempatan tersebut, Qomarul Azis juga menegaskan bahwa guru-guru PAI non PNS dan Non Sertifikasi akan mendapatkan tunjangan insentif dari Kementerian Agama RI. Syaratnya dengan melengkapi data-data yang diuplod pada akun Siaga. Jika masih ada yang belum jelas dapat ditanyakan langsung kepada bagian Pakis Kantor Kementerian Agama Kota Salatiga. Bantuan insentif tersebut akan disalurkan melalui rekening BRI. Bagi yang belum memiliki rekening BRI agar segera mengurusnya. (Dulhadi)