Salatiga — Kakankemenag Kota Salatiga, H. Wiharso menghadiri giat Peningkatan Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) SMA/SMK se Kota Salatiga di Ruang Rapat SMKN 3 Salatiga pada Senin (22/05). Kegiatan yang diselenggarakan Seksi Pakis Kemenag tersebut dihadiri oleh Kasi Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam (Pakis) H. M. Soleh Mubin, Pengawas Madrasah/PAI H. Saifudin, Ketua MGMP PAI H. Untoro serta guru PAI tingkat SMA/SMK sebagai peserta pembinaan.
“Salatiga sebagai Kota Tertoleran di Indonesia tidak terlepas dari peran serta Bapak/Ibu Guru GPAI di lingkungan sekolah dalam mendidik dan membina para pelajar. Nilai-nilai moderasi beragama harus ditanamkan di bangku sekolah, apalagi usia anak SMA/SMK masanya mencari jati diri, mudah dimasuki paham tertentu apabila tidak punya benteng yang kuat. Tentu bukan hal yang mudah menyesuaikan metode pembelajaran dengan generasi Z. Hal ini membutuhkan kompetensi yang harus selalu diupgrade.” Kakankemenag mengawali sambutannya.
Lebih lanjut beliau menyampaikan bahwa GPAI di Kota Salatiga harus memiliki sifat dan karakter yang di ajarkan oleh Raden Mas Said yaitu Rumangså mèlu andarbèni atau merasa ikut memiliki, Wajib mèlu anggondhèli atau berkewajiban ikut membela/mempertahankan, dan Mulat sarirå angråså wani atau berani berintrospeksi/mawas diri.
Guru PAI merupakan komponen utama dalam pembelajaran PAI di sekolah. Apabila guru PAI tidak profesional dalam bidangnya, maka pembelajaran PAI juga tidak akan meningkat kualitasnya, dan berdampak pada nilai yang diperoleh anak didiknya. Maka dari itu, seluruh guru PAI tidak terkecuali harus mengikuti perkembangan jaman, meningkatkan skill, kompetensi, dan kemampuan berkomunikasi supaya mata pelajaran PAI dapat tersampaikan dengan baik.
“Berbagai upaya sudah dilakukan Kementerian Agama sebagai institusi yang berkewajiban membina para guru PAI, seperti program sertifikasi, PPG, workshop, seminar, dll. Sejalan dengan hal tersebut, guru juga sebaiknya mengimbangi dengan meningkatkan kualitas pribadi diri sebagai pendidik agama yang bekerja tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan tetapi juga bekerja sebagai ibadah.” Jelas Mubin. (Humas/YF-HA)