BOYOLALI — Sedikitnya 2.500 santri cilik dari 35 Kabupaten se-Jawa Tengah mengikuti Festival Anak Soleh Indonesia (FASI) di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, Sabtu (17/12/2016).
Dalam acara itu, para santri cilik dan pendampingnya mengikrarkan komitmen kebangsaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Kegiatan seperti ini layak kami apresiasi. Sebab, anak-anak kita akan terjaga dari berbagai pengaruh dan ancaman yang bisa memecah keutuhan bangsa,” ujar Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Kepala Biro Pembinaan Mental Setda Pemprov Jateng, Raharjanto Pujiantoro, di Asrama Haji Donohudan, Jumat (16/12/2016) malam.
Hadir pula dalam pembukaan FASI VI antara lain Kepala Kemenag Jateng, Farhani, serta Ketua Umum Badan Koordinasi (Badko) TPQ Jateng, KH Ateng Chozani, serta sejumlah pejabat teras Pemprov Jateng,haadir pula Kasi Pakis kankemenag kota salatiga,nurcholis.
Pujiantoro menambahkan orang tua dan guru mengaji menjadi benteng utama dalam melindungi generasi bangsa, khususnya anak-anak.
Wakil Ketua Panitia FASI VI, HM Safrudin Huna, menjelaskan kegiatan FASI kali ini diikuti oleh 3.000-an santri cilik, termasuk para ustaz/ustazah pendampingnya.
Mereka akan berkompetisi dalam 40 jenis bidang kreativitas santri sebelum naik ke level Nasional pada pertengahan 2017 nanti. “40 Jenis kreativitas santri itu antara lain kasidah, tartil, salawatan, kaligrafi, cerdas cermat, pidato, hingga ikrar puisi kebangsaan,” paparnya.
Salah satu pendamping santri cilik asal Kota Salatiga, Syarifudin, mengatakan selama dua hari (Jumat-Sabtu), para santri cilik diajak berkompetisi ketat antardaerah/kota untuk memilih santri yang paling berprestasi.
Sementara Kepala Kantor Kementerian Agama kta Salatiga juga diundang dalam pembukaan festival ini dan kehadirannya diwakili oleh Kasi Pendidikan Agama da Keagamaan Islam kankemenag kota Salaiga, Nurcholis. Mengomentari jalannya pembukaan Fasi tahun ini yang bertempat di Gedung Asrama Haji Donohudan ia menyampaikan harapan agar kontingen kota Salatiga senantiasa diberikan kesehatan dan selalu bersemangat untuk berkompetisi dengan peserta lain.
“Sisi positif lainnya, para santri menjadi termotivasi dan bangga bahwa kreativitas mereka di bidang agama diapresiasi pemerintah,” paparnya.