Upaya pemerintah untuk menanggulangi pengaruh paham radikalisme yang sering mengatasnamakan keyakinan suatu agama terus dilakukan. Salah satu bentuk upaya itu adalah dengan diadakannya kegiatan audiensi antara walikota dengan berbagai ormas dengan berbagai macam latarbelakang golongan. Acara tersebut dilaksanakan di Rumah Dinas Walikota Salatiga pada Selasa, 16 Pebruari 2016.
Kegiatan tersebut dihadiri pula oleh semua pimpinan SKPD, kementerian agama, tokoh agama, dan tokoh masyarakat yang ada di wilayah kota Salatiga. Dalam sambutannya Yulianto, walikota Salatiga, mengatakan bahwa paham radikal muncul karena faktor kemiskinan dan pemahaman agama yang dangkal.
Dandim 0714 yang diwakili Kasdim menyatakan bahwa radikalisme menyerang sektor ideologi negara, baik ideologi agama maupun ideologi kebangsaan. Sementara Kajari berpesan meskipun paham radikalisme di kota salatiga bersifat kecil tetapi kita tetap harus mewaspadainya dengan cara waspada lingkungan sekitar.
Ideologi bangsa Indonesia yakni Pancasila harus tetap dijaga dan dihidupkan kembali serta menjadi ideologi pemersatu bangsa. Eforia reformasi harus dikembalikan pada semangat dan tujuan awal yakni pemerataan pembangunan.
Dengan kalimat yang hampir senada Kapolres Salatiga menyampaikan bahwa pintu reformasi telah terbuka secara lebar yang berakibat munculnya berbagai faham dan masing2 mencari pengikut. Radikalisme timbul dari pemahaman yang berbeda terhadap ajaran agama. Salah satu bentuk kelompok/ golongan yang muncul baru-baru ini adalah Gafatar yang telah resmi dibubarkan dan ditutup oleh pemerintah. (miftah)